Monday 27 October 2014

0 Dilematis Antara Determinis dan Free Will

PEMBAHASAN
1.      Pandangan Aliran Islam Tentang Takdir
Sudah berpuluh abad manusia melakukan kajian tentang takdir, sejarah mencatat bahwa pembahasan tentang takdir ada pada zaman yunani yang sudah terpecah menjadi dua pandangan, yaitu pertama. Pandangan aliran filsafat Epicurisme, dimana aliran ini mempunyai pemikiran bahwa manusia adalah manusia merupakan pencipta (free will) ia bebas melakukan sebuah perbuatan, manusia adalah pencipta perbuatan. Aliran filsafat Epicurisme sudah ada pada 341-270 SM dengan Epicurus sebagai tokoh utama pemikir aliran ini. Kedua. Pandangan aliran filsafat Riwaqqisme, dimana aliran ini mempunyai pandangan bahwa manusia tidak mempunyai free will, manusia tidak bebas dan terikat dengan apa yang telah ditetapkan pada mereka. Dengan adanya dua pandangan ini memberikan pengaruh yang begitu besar dalam melihat hubungan antar
Dalam kaca mata islam pembahasan tentang takdir sudah dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu. Pembahasan tentang takdir dalam islam tidak lepas kaitannya dari permasalahan politik yang kemudian menjadikan umat islam terbagi menjadi beberapa aliran. Setiap aliran dalam islam mempunyai pandangan sendiri-sendiri tentang konsepsi takdir. Nabi pernah bersabda bahwa umat islam akan terpecah menjadi 73 firqah, dan itu terbukti setelah wafatnya rasul bermunculan firqah-firqah dalam islam.
Aliran-aliran besar dalam islam seperti Mu’tazilah, Jabariyah, dan As-Syariyah merupakan tiga pandangan besar tentang takdir dalam islam. Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan oleh tiga kelompok ini memang tidak jauh berbeda dengan pandangan dari dua aliran filsafat Epicurisme dan Riwaqqisme. Berikut lebih rinci pokok pikiran dari ketiga aliran besar dalam islam yang membahas tentang takdir.
1.      Mu’tazilah
Kelompok mu’tazilah sering menyebut dirinya sebagai ahl ad’l wa at-tauhid (Penganut faham keadilan dan tauhid), dengan pandangan seperti ini mereka mempunyai pendapat yang kuat bahwa tuhan akan berbuat adil terhadap makhluknya untuk berbuat dan berkehendak bebas. Banyak yang menyebut bahwa orang-orang mu’tazilah selalu mengedepankan akal, karena kaum mu’tazilah percaya bahwa dengan akal akan bisa menjunjung tinggi perintah-perintah syara’.
2.      Jabariyah
Kelompok ini sangat kontradiktif dengan pandangan mu’tazilah, aliran Jabariyah sangat percaya bahwa manusia diciptakan oleh Allah dan dalam perbuatannya manusia dalam keterpaksaan (determinisme), tidak memiliki kemampuan apapun dalam memilih dan bertindak.
3.      As-Syariyah
Aliran ini dikenal dengan aliran yang berada ditengah antara perbedaan pandangan dari Mu’tazilah dan Jabariyah, hal ini dikarenakan sang pemikir aliran ini yaitu abu Hasan adalah murid dari seorang mu’tazilah yaitu Juba’iy, maka pandangan yang sangat mengedapankan akal diserap oleh Abu Hasan dan memunculkan pandangan bahwa manusia mempunyai sebuah kebebasan dan tuhan mempunyai kehendak. Tapi yang patut disayangkan dari pendapat kaum as-syariyah bahwa pandanganya tentang takdir terlalu abstrak dan tetap condong kearah tuhan mempunyai kekuatan besar dalam berkehendak terhadap manusia. Menurut as-syariyah kehendak tuhan adalah mutlak. Dia mutlak berkehendak dan berbuat. Untuk itu tidak ada satu pun yang terjadi pada diri manusia dengan kekuatanya sendiri, melainkan dengan kehendak dan kekuasaan tuhan.
Perbuatan manusia tidak diciptakan manusia itu sendiri melainkan oleh Allah SWT. Tetapi pada saat yang bersamaan dengan diciptakan perbuatan itu, manusia punya andil yang disebut kasb. Tapi anehnya kasb  bukanlah faktor yang menciptakan perbuatan, akan tetapi perbuatan manusia tecipta karena kehendak tuhan berdasarkan kemampuan dan kehendak manusia.

2.      Bentuk Determenisme Tuhan dan Kebebasan Manusia
Ada sebuah hadist yang menyatakan bahwa manusia hanya dapat menilai dari bentuk dhahir saja, dan tuhan tahu apa saja yang ghaib. Hadist ini memberi pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang lebih dominan material, sehingga apa saja yang dapat di inderai manusia itulah yang akan lebih bisa dipegang dan diyakini manusia.
Bentuk determinisme tuhan pada kehidupan manusia juga pasti ada yang berbentuk material. Hal itu biasa disebut sebagai sunnatullah, yaitu hal yang sudah seharusnya terjadi. Kondisi geografis, dan kondisi biologis adalah bentuk determinime tuhan yang berupa material. Bumi diciptakan dengan berbagai macam bentuk geografis, ada yang bersuhu dingin, panas, ada yang lebih banyak musim hujan, ada yang lebih banyak musim kemarau, ada yang proporsional itulah bentuk determinisme tuhan. Dalam segi biologi manusia diciptakan tuhan dengan berbagai macam sisttem yang mendukung segala aktifitasnya, mulai dari sistem pencernaan, pernafasan, sisten pembakaran dalam tubuh, dan lain sebagainya. Sebuah bentukan biologis tuhan inilah merupakan sebuah determisme tuhan dalam bentuk material.
Sunnatullah yang ada dalam kehidupan ini akan menjadikan manusia mempunyai batasan dan terbatas, misalnya ketika manusia diberi kebebasan oleh tuhan untuk mengatur pola kesehatanya, kemudian manusia memilih untuk mengkonsumsi minuman keras dan narkotika, maka secara kemerdekaan manusia itu sah, tetapi determenisme tuhan secara material berkata lain, tubuh yang sudah tercipta sedemikian rupa ini akan menjadi lemah dan akan memperoleh akibat atas kebebasan yang dilakukan manusia, sehingga manusia akan memperoleh takdirnya yaitu terkena penyakit bahkan kematian.
Dengan adanya determenisme tuhan  secara material dan kebebasan manusia ini, maka akan tercipta rasa keadilan dalam takdir. Tuhan telah memberi ciptaan yang sedemikian rupa denga berbagai aturan untuk kebaikan tubuhnya, dan manusia juga mempunyai kebebasan untuk memperlakukan tubuhnya. Ibarat sebuah motor yang telah diciptakan dari pabriknya dan diturunkan kepasaran, motor tersebut sudah tercipta seperti itu dan ada tata cara perawatan, dan si pengen dara boleh memperlakukan motor, apakah ia mau tidak pernah disevice atau motor tersebut dibuat ugal-ugalan sehingga cepat rusak, itu semua kebebasan ada ditangan si pengendara motor.


3.      Memahami Takdir dengan menganalisa peristiwa
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dihormati oleh tuhan dengan diberi amanah oleh tuhan untuk menjaga bumi ini, walaupun tanpa bisa dipungkiri manusia mempunyai kekurangan yang begitu banyaknya seperti disindir oleh malaikat. Tapi penurunan manusia kebumi memang penuh kontroversi karena manusia diturunkan kebumi dengan tidak hormat oleh tuhan.
Nabi adam diturunkan kebumi karena melanggar larangan tuhan dengan memakan buah keabadian. Sangat wajar tuhan menurunkan sang adam untuk turun ke bumi bersama ibu hawa, karena tuhan telah mengingatkan rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh adam disurga, namun adam dengan sifat manusiawinya tergoda untuk melanggar aturan yang dibuat tuhan itu. Peristiwa adam yang tetap memakan buah keabadian dapat dikatakan seperti konsep motif atau tindakan tak sadar yang dikemukakan oleh Antony Gidden, maksudnya adalah Motif lebih merujuk ke potensial bagi tindakan, ketimbang cara (mode) tindakan itu dilakukan oleh si agen. Motif hanya memiliki kaitan langsung dengan tindakan dalam situasi yang tidak biasa, yang menyimpang dari rutinitas. Sebagian besar dari tindakan-tindakan agen sehari-hari tidaklah secara langsung dilandaskan pada motivasi tertentu. Pada saat Ibu Hawa merayu adam untuk mengambil buah keabadian secara tidak sadar adam melakukan hal yang tidak tahu apa motiv untuk melakukan hal tersebut.
Apapun bentuk kesadaran yang dimiliki adam pada saat itu tuhan telah memberi batasan atas apa yang harus dilakukan, sehingga secara tidak langsung tuhan telah menjelaskan konsekuensi yang akan terjadi. Secara tidak langsung hukum kausalitas ada pada saat itu. Tuhan telah memberi rambu-rambu, manusia mempunyai kebebasan atau kemerdekaan, tapi manusia tidak bisa lepas akan konsekuensi atas apa yang diperbuatnya. Kalau Hegel mengatakan, bahwa manusia bebas untuk memilih apa yang ia kerjakan, namun disisi lain manusia harus menerima akan mengabaikan pekerjaan lain yang tidak ia pilih.
Peristiwa turunya nabi adam dapat dicermati bahwa Allah telah menetapkan suatu peristiwa dan manusia akan masuk akan masuk dalam peristiwa itu, dan manusia akan bebas untuk memilih apa yang ia kerjakan dalam  peristiwa itu, tapi manusia akan tetap mendapat konsekuensi atas apa yang ia pilih.
Pada peristiwa lain yang memperlihatkan sebuah takdir dan ikhtiyar manusia adalah ketika peristiwa perang badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 H dan bertempat di perigi bernama Badar, pada saat itu pasuka umat islam berjumlah 313 melawan pasukan Quraisy yang berjumlah 1000 orang. Jumlah pasukan yang hanya seperempat dari pasukan Quraisy secara rasional maka akan mudah dikalahkan karena 1 orang muslim akan menghadapi kurang lebih 3 sampai 4 orang kaum kafir Quraiys, sehingga mustahil untuk menang. Maka dari itu nabi terus berdo’a kepada tuhan dengan penuh nada negosiasi. Rasulullah tidak henti-henti memanjatkan do’a kepada Allah memohon pertolongan. Untuk menebalkan iman tenteranya dan meneguhkan semangat barisannya, Rasulullah menghadapkan mukanya kepada sekelian tenteranya sambil memohon kepada Allah yang ertinya : “Ya Allah! Hamba memohon kepada Engkau akan janji dan perjanjian Engkau.  Ya Allah! Jika Engkau berkehendak (mengalahkan pada hamba), tidak akan Engkau disembah lagi.”
Peristiwa tersebut dapat dilihat bahwa nabi dan para sahabatnya mempunyai ikhiyar yang besar dan tetap memilih berperang walaupun secara rasional sulit untuk menang, tapi jangan dilupakan juga sebuah determenisme tuhan yang mungkin ijabah dari doa’a rasul yang penuh negosiasi.










PENUTUP
1.      Kesimpulan
Manusia telah berabad-abad memperdebatkan masalah takdir dan ikhtiyar, diyunani ada dua aliran filsafat yaitu pertama. Pandangan aliran filsafat Epicurisme, dimana aliran ini mempunyai pemikiran bahwa manusia adalah manusia merupakan pencipta (free will) ia bebas melakukan sebuah perbuatan, manusia adalah pencipta perbuatan. Kedua. Pandangan aliran filsafat Riwaqqisme, dimana aliran ini mempunyai pandangan bahwa manusia tidak mempunyai free will, manusia tidak bebas dan terikat dengan apa yang telah ditetapkan pada mereka. Dengan adanya dua pandangan ini memberikan pengaruh yang begitu besar dalam melihat hubungan antar. Tidak kalah dalam islam, ada tiga golongan besar yaitu Mu’tazilah, Jabariyah, dan As-syariyah yang mempunyai pikiran-pikiran tentang takdir. Mu’tazilah dengan mengedepankan akal sehingga manusia mempunyai kehendak bebas, kemudian Jabariyah dengan bentuk determinisme tuhan yang begitu tinggi, sehingg manusia tidak bisa kehendek apapun, dan ada As-Syariyah yang mengaku berpandangan menengah dalam takdir.
Determinisme dan kebebasan selalu menjadi perdebatan, sehingga harus diketahui bahwa ada bentuk-bentuk determinisme tuhan terhadap manusia, yaitu tuhan memberikan kehendak pada mannusia, serta menciptakan sebuah kondisi biologis dan geografis yang itu dapat menjadikan keterbatasan manusia. Sehingga manusia dalam melakukan kebebasannya akan selalu diikuti oleh konsekuensi.
Maka dari itu, agar dalam mempelajari takdir lebih mudah, maka lebih banyak melihat dan membaca peristiwa, kemudian dianalisa, diamana letak kebebasan manusia, dan dimana bentuk-bentuk determinisme tuhan. Seperti halnya peristiwa turunya nabi adam dan peristiwa perang badar, dua peristiwa ini kiranya sedikit banyak dapat memberi penjelasan tentang ikhiyar dan takdir ketika dikorek lebih dalam.




Daftar Pustaka
Abdurrahman, A. Sa’id Aqil Human. 2012. Penjelasan Menyeluruh Mengenai Qadla’ dan Qadar. Bogor: Al-Azhar
Effendi, Djohan., Natsir, Ismed. 2013. Catatan Harian Ahmad Wahib: Pergolakan Pemikiran Islam. Jakarta: LP3ES
Khallaf, Abdul Wahab. 2005. Politik Hukum Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana
Kusumawati, Rohana., Retnaningati, Dewi. & Hidayat, Muhammad Luthfi. 2012. Detik-detik Ujian Nasional: Biologi. Jakarta: Intan Pariwara
Nasution, Harun. 2008. Teologi Islam: Aliran Aliran sejarah analisa perbandingan. Jakarta: UI Press

Siti. 2009. “Perang Badar”. www.comp.nus.edu, terakhir diakses pada 25 Maret 2013 

0 PEMBANTU UMUM PERJUANGAN

“Hem...” gerutu seorang kakek kepada cucunya yang bernama sarwo yang masih ingusan.
                Kakek sarwo dulunya adalah seorang pejuang kemerdekaan yang gagah berani mati demi tanah air Indonesia ini, walaupun tugasnya hanya membawakan Karung Goni yang berisi persediaan minum dan makanan (Bolet, Menyok, Uwi, dll) para tentara waktu itu. Sudah 111 tahun umur kakek sarwo anak ingusan tersebut, tubuh ringkih dan rambut putih kakek sarwo Cuma tahu bau apek kasur, bantal, dan guling yang menyapanya setiap hari. namun hari ini nampak beda karena cucunya yang bernama sarwo pagi-pagi sekali sudah menyapa kakek dan berteriak SUMPAH PEMUDA, sehingga membangunkan sang kakek, itu sebabnya kakek tua ringkih tersebut menggerutu pada sang cucu yang masih ingusan tersebut.
Lapo le, kok tumben le isuk-isuk wes meletup-letup kayak petasan” tanya sang kakek dengan raut muka masam.
wah, mbah iki wes pikun ya, isone mok turu tok se, gg pernah masi tanggalan” saut sarwo dengan lugu. “hahahah, gayamu le” timpal kakek.
“sekarang itu adalah hari sumpah pemuda kek, dimana pada tgl 28 Oktober 1928 para pemuda
 

Saling Berbagi Kebaikan Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates